Ialah suatu bentuk tulisan khad yang mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan adanya hiasan-hiasan dalam pembuatan karya ini dan bentuk hiasanya hanya dua arah yang sama atau simetris, Pada perlombaan MTQ, kaligrafi dekorasi ditulis pada media triplek. dan untuk jenis huruf yang digunakan adalah 7 jenis kaidah huruf kaligrafi. berikut adalah contoh dari kaligrafi dekorasi :
Jumat, 07 April 2017
kaligrafi dekorasi
Kaligrafi Dekorasi
Ialah suatu bentuk tulisan khad yang mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan adanya hiasan-hiasan dalam pembuatan karya ini dan bentuk hiasanya hanya dua arah yang sama atau simetris, Pada perlombaan MTQ, kaligrafi dekorasi ditulis pada media triplek. dan untuk jenis huruf yang digunakan adalah 7 jenis kaidah huruf kaligrafi. berikut adalah contoh dari kaligrafi dekorasi :
Ialah suatu bentuk tulisan khad yang mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan adanya hiasan-hiasan dalam pembuatan karya ini dan bentuk hiasanya hanya dua arah yang sama atau simetris, Pada perlombaan MTQ, kaligrafi dekorasi ditulis pada media triplek. dan untuk jenis huruf yang digunakan adalah 7 jenis kaidah huruf kaligrafi. berikut adalah contoh dari kaligrafi dekorasi :
kaligrafi kontemporer
Kaligrafi Kontemporer
Merupakan suatu bentuk tulisan khad yang tampak mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan hanya goresan spontan atau pewarnaan yang tidak teratur maupun teratur biasanya disebut lukisan kaligrafi untuk media yang di gunakan bisa mengunakan kanvas . Kaligrafi kontemporer ini mengedepankan lukisan pemandangan yang terambil dari makna ayat-ayat suatu surah dalam Al-Qur'an.
Berikut contoh dari kaligrafi kontemporer :
Merupakan suatu bentuk tulisan khad yang tampak mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan hanya goresan spontan atau pewarnaan yang tidak teratur maupun teratur biasanya disebut lukisan kaligrafi untuk media yang di gunakan bisa mengunakan kanvas . Kaligrafi kontemporer ini mengedepankan lukisan pemandangan yang terambil dari makna ayat-ayat suatu surah dalam Al-Qur'an.
Berikut contoh dari kaligrafi kontemporer :
macam-macam kaligrafi
kaligrafi Naskah
Dalam Musabaqah tilawatil Qur'an yang diperlombakan pada cabang kaligrafi naskah ada dua karya yang harus diselesaikan, yaitu :
Dalam Musabaqah tilawatil Qur'an yang diperlombakan pada cabang kaligrafi naskah ada dua karya yang harus diselesaikan, yaitu :
- kaligrafi naskah wajib
Tulisan wajib pada perlombaan MTQ adalah dengan menggunakan huruf pada salah satu jenis huruf kaligrafi yang ada. Tidak asal sembaranggan menggunakan jenis huruf yang dipakai. Pada perlombaaan MTQ kaligrafi naskah wajib yang digunakan adalah jenis huruf naskhi, atau yang terdapat di Al-Qur'an.
2. kaligrafi naskah pilihan
khad naskah pilihan pada MTQ menggunakan 6 jenis tulisan yang ada pada kaidah kaligrafi. dari keenam tulisan itu antara lain ialah : 1.khad tsulus, 2.khad farisi. 3. khad diwani. 4.khad diwani jali, 5.khad kufi, 6. khad riq'ah.
hiasan mushaf
PENGERTIAN HIASAN MUSHAF
Hiasan Mushaf, mushaf ialah kata tunggal/mufrad dari kata jamak “Shohifah” yang artinya halaman/lembaran, hiasan mushaf biasanya di temukan pada awal surat yang ada didalam AL-QURAN, hiasan mushaf terdiri dari ornamen-ornamen dan hiasan atau zukhruf merupakan istilah orang turki ialah tehzib. Seni pembuatan ornamen/zukhruf/tehzib adalah seni pembuatan hiasan yang tidak bisa dipisahkan dari seni kaligrafi. Meskipun tidak semua jenis kaligrafi membutuhkan ornamen, tetapi beberapa jenisnya sangat membutuhkan ornament. Seni Ornamen sangat mempengaruhi perhatian orang terhadap sebuah karya kaligrafi, jadi ia terkait langsung dalam mendukung keindahan kaligrafi.
Diantara jenis karya tulis kaligrafi yang sangat membutuhkan ornamen ialah penulisan mushaf. Dalam penulisan mushaf AlQuran, telah lama digunakan hiasan hiasan yang diletakkan dipinggir, mengelilingi tulisan Al-Qurán. Kreasi hiasan mushaf sejak lama telah diperlombakan dalam MTQ Kaligrafi.
Berikut ini beberapa contoh ornamen hiasan mushaf :
Hiasan Mushaf, mushaf ialah kata tunggal/mufrad dari kata jamak “Shohifah” yang artinya halaman/lembaran, hiasan mushaf biasanya di temukan pada awal surat yang ada didalam AL-QURAN, hiasan mushaf terdiri dari ornamen-ornamen dan hiasan atau zukhruf merupakan istilah orang turki ialah tehzib. Seni pembuatan ornamen/zukhruf/tehzib adalah seni pembuatan hiasan yang tidak bisa dipisahkan dari seni kaligrafi. Meskipun tidak semua jenis kaligrafi membutuhkan ornamen, tetapi beberapa jenisnya sangat membutuhkan ornament. Seni Ornamen sangat mempengaruhi perhatian orang terhadap sebuah karya kaligrafi, jadi ia terkait langsung dalam mendukung keindahan kaligrafi.
Diantara jenis karya tulis kaligrafi yang sangat membutuhkan ornamen ialah penulisan mushaf. Dalam penulisan mushaf AlQuran, telah lama digunakan hiasan hiasan yang diletakkan dipinggir, mengelilingi tulisan Al-Qurán. Kreasi hiasan mushaf sejak lama telah diperlombakan dalam MTQ Kaligrafi.
Berikut ini beberapa contoh ornamen hiasan mushaf :
kaligrafi di Indonesia
Sejarah Perkembangan Kaligrafi di Indonesia
Di Indonesia, kaligrafi adalah bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan, huruf arab tersebut (kaligrafi) memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluang dan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di pesantren-pesantren semenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan Muhammad Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab" tahun 1971.
Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-kitab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi'i Karim. Angkatan yang menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi' Abdur Razaq, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi dan mengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi.
Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan namun bukan pelarian bagi para seniman lukis yang ragu untuk menggambar mahluk hidup. Dalam aspek kesenirupaan, kaligrafi memiliki keunggulan pada faktor fisioplastisnya, pola geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang luwes sehingga mudah divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus.
Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali sekitar tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan Kaligrafi Nasional pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang, menyusul pameran pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia tahun 1980 di Balai Sidang Jakarta dan pameran MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Yahun Baru Hijriyah 1405 (1984) dan pameran lainnya.
Para pelukis yang mempelopori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali (Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung asal Aceh), Drs. H. Amri Yahya (Yogyakarta, asal Palembang) dan H. Amang Rahman (Surabaya) dilanjutkan oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra Buana dan lain-lain. Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang menjauhkan dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah dibakukan. Kehadiran seni lujkis kaligrafi tidak urung mendapat berbagai tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus pada pernyataan perang. Namun apapin hasil dari reaksi tersebut, kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat selama ini, kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam media dan terlalu lama terisolasi dari penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok para khattat, setelah melihat para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan tentang melihat bahasa rupa yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para pelukis.
Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan seni ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam even MTQ. Pada awalnya dipicu oleh sayembara kaligrafi pada MTQ Nasional XII 1981 di Banda Aceh dan MTQ Nasional XIII di Padang 1983. Sayembara tersebut pada akhirnya dipandang kurang memuaskan karena sistemnya ialah mengirimkan hasil karya khat langsung kepada panitia MTQ, sedangkan penulisannya di tempat masing-masing peserta. MTQ Nasional XIV di Pontianak meniadakan sayembara dan MTQ tahun selanjutnya kaligrafi dilombakan di MTQ.
Di Indonesia, kaligrafi adalah bentuk seni budaya Islam yang pertama kali ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/ 1082 M) dan beberapa makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan, huruf arab tersebut (kaligrafi) memang juga banyak dipakai untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-Qur'an tua dengan bahan kertas deluang dan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur'an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di pesantren-pesantren semenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan Muhammad Abdur Muhili berjudul "Tulisan Indah" serta karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul "Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab" tahun 1971.
Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-kitab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H. Salim bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi'i Karim. Angkatan yang menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara lain Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi' Abdur Razaq, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi dan mengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi.
Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan namun bukan pelarian bagi para seniman lukis yang ragu untuk menggambar mahluk hidup. Dalam aspek kesenirupaan, kaligrafi memiliki keunggulan pada faktor fisioplastisnya, pola geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang luwes sehingga mudah divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus.
Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali sekitar tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan Kaligrafi Nasional pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang, menyusul pameran pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia tahun 1980 di Balai Sidang Jakarta dan pameran MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Yahun Baru Hijriyah 1405 (1984) dan pameran lainnya.
Para pelukis yang mempelopori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali (Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung asal Aceh), Drs. H. Amri Yahya (Yogyakarta, asal Palembang) dan H. Amang Rahman (Surabaya) dilanjutkan oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra Buana dan lain-lain. Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang menjauhkan dari kaedah-kaedah aslinya, atau menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari pola yang telah dibakukan. Kehadiran seni lujkis kaligrafi tidak urung mendapat berbagai tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus pada pernyataan perang. Namun apapin hasil dari reaksi tersebut, kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat selama ini, kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam media dan terlalu lama terisolasi dari penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok para khattat, setelah melihat para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan tentang melihat bahasa rupa yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para pelukis.
Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan seni ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam even MTQ. Pada awalnya dipicu oleh sayembara kaligrafi pada MTQ Nasional XII 1981 di Banda Aceh dan MTQ Nasional XIII di Padang 1983. Sayembara tersebut pada akhirnya dipandang kurang memuaskan karena sistemnya ialah mengirimkan hasil karya khat langsung kepada panitia MTQ, sedangkan penulisannya di tempat masing-masing peserta. MTQ Nasional XIV di Pontianak meniadakan sayembara dan MTQ tahun selanjutnya kaligrafi dilombakan di MTQ.
jenis-jenis huruf kaligrafi
Jenis-jenis tulisan kaligrafi
Berikut adalah jenis-jenis khad yang ada tercatat pada buku tujukan khad seperti : buku dari Jawad Sabti, dan buku sejarah khad tulisan ustad Jailani Sakiban. Pada Musabaqah tilawatil Qur'an yang diperlombakan pada cabang kaligrafi ada namanya khad Naskhi (tulisan naskah/buku), yang dipakai untuk jenis hurufnya adalah 7 jenis tulisan. Jenis-jenisnya adalah :
- khad Naskah
- khad Tsulus
- Khad Diwani
- Khad Diwani Jali
- khad kufi
- khad farisi
- khad riq'ah
sejarah kaligrafi
Sejarah Perkembangan Kaligrafi
Peradaban Islam mulai muncul di permukaan pada saat terjadi hubungan timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-Arab. Awalnya, Islam tidak memerlukan suatu bentuk kesenian, tetapi bersama jalannya waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni sebagai media untuk mengekspresikan pandangan hidupnya. Mereka membangun bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif kesadaran nilai Islam, dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka sendiri serta menambah sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.
Bangsa Arab diakui sebagai bangsa yang sangat ahli dalam bidang sastra, dengan sederet nama-nama sastrawan beken pada masanya, namun dalam hal tradisi tulis-menulis (khat) masih tertinggal jauh bila dibandingkan dengan beberapa bangsa di belahan dunia lainnya yang telah mencapai tingkat kualitas tulisan yang sangat prestisius. Sebut saja misalnya bangsa Mesir dengan tulisan Hierogliph, bangsa India dengan Devanagari, bangsa Jepang dengan aksara Kaminomoji, bangsa Indian dengan Azteka, bangsa Assiria dengan Fonogram/Tulisan Paku dan berbagai negeri lain sudah terlebih dahulu memiliki jenis huruf/aksara. Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bangsa Arab merupakan bangsa yang hidupnya nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mementingkan keberadaan sebuah tulisan, sehingga tradisi lisan (komunikasi dari mulut ke mulut) lebih mereka sukai, bahkan beberapa diantara mereka tampak anti huruf. Tulisan baru dikenal pemakaiannya pada masa menjelang kedatangan Islam dengan ditandai pemajangan al-Mu’alaqât (syair-syair masterpiece yang ditempel di dinding Ka’bah).
Pembentukan huruf abjad Arab sehingga dikenal pada masa-masa awal Islam memakan waktu berabad-abad. Inskripsi Arab Utara tahun 250 M, 328 M dan 512 M menunjukkan kenyataan tersebut. Dari inskripsi-inskripsi yang ada, dapat ditelusuri bahwa huruf Arab berasal dari huruf Nabati, yaitu huruf orang-orang Arab Utara yang masih dalam rumpun Smith yang terutama hanya menampilkan huruf-huruf mati. Dari masyarakat Arab Utara yang mendiami Hirah dan Anbar, tulisan tersebut berkembang pemakaiannya ke wilayah-wilayah selatan Jazirah Arab.
belajar kaligrafi
Kaligrafi menurut bahasa adalah penyederhanaan dari “calligraphy” (kosa kata bahasa Inggris). Kata ini diadopsi dari bahasa Yunani, yang diambil dari kata kallos berarti beauty (indah) dan graphein : to write (menulis) berarti tulisan atau aksara, yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan indah. Dalam bahasa Arab kaligrafi disebut khat yang berarti garis.
menurut istilah dapat diungkapkan, “calligraphy is handwriting as an art, to some calligraphy will mean formal penmanship, distinguish from writing only by its exellents quality” (kaligrafi ialah tulisan tangan sebagai karya seni, dalam beberapa hal yang dimaksud kaligrafi ialah tulisan formal yang indah, perbedaannya dengan tulisan biasa ialah kualitas keindahannya).
Kaligrafi memang ditelinga kebanyakan orang sudah tidak asing lagi, karena sudah sering terdengar dimasyarakat pada perlombaan musabaqah tilawatil Qur'an, yang diperlombakan mulai dari tingkat desa hingga tingkat internasional. walaupun sudah tidak asing lagi sebutan nama kaligrafi tetapi masih sedikit dari kebanyakan orang yang mengetahui ilmu kaligrafi.
Langganan:
Postingan (Atom)
kaligrafi dekorasi
Kaligrafi Dekorasi Ialah suatu bentuk tulisan khad yang mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan adanya hiasan-hiasan dalam pembuatan ...
-
kaligrafi Naskah Dalam Musabaqah tilawatil Qur'an yang diperlombakan pada cabang kaligrafi naskah ada dua karya yang harus diselesaikan...
-
PENGERTIAN HIASAN MUSHAF Hiasan Mushaf, mushaf ialah kata tunggal/mufrad dari kata jamak “Shohifah” yang artinya halaman/lembaran, hiasan...
-
Kaligrafi Dekorasi Ialah suatu bentuk tulisan khad yang mengedepankan kaidah-kaidah anatomi huruf dan adanya hiasan-hiasan dalam pembuatan ...